Jumat, 16 Desember 2011

Mahasiswa Bukan Sekedar Identitas

Mahasiswa Bukan Sekedar Identitas
Diposkan oleh komaka blog | Jumat, 15 Juli 2011


Oleh : Peni Wahyudi

Mahasiswa merupakan bagian kecil dari masyarakat yang di golongkan sebagai kaum intelektual dan mempunyai fungsi intelektual seperti yang dikatakan Antonio Gramsci. Selections from prison note books.” Semua manusia adalah intelektual, tetapi tidak semua orang dalam masyarakat memiliki fungsi intelektual”. Karena Mahasiswa merupakan orang yang mempunyai kemampuan lebih dibidang ilmu dan Mahasiswa sendiri orang yang terbebas dari ikatan apapun untuk melakukan hal dan sesuatu bahkan mengungkapkan sesuatu atas kesadarannya.Seperti dikatakan Edward w.said dalam buku Peran Intelektual.”intelektual adalah orang yang pintar mengatakan hal-hal Oposisional sedemikian rupa hingga in gets away with it. karena ia betul-betul menguasai seni bicara dan dilain pihak tidak langsung tergantung dari seorang atasan yang berhak menentukan apa yang boleh dikatakan, ia dapat mengatakan hal-hal yang tidak berani oleh kaum politis”. Sedangkan petikan dari teks ceramah Bapak Pramoedya anatatoer di Universitas Indonesia (Jakarta) atas undangan Senat Mahasiswa UI. “Kata Sahibul Hikayat yang dimaksudkan dengan kaum intelektual adalah kaum yang menempatkan nalar (pertimbangan akal) sebagai kemampuan pertama yang diutamakan, yang melihat tujuan akhir upaya manusia dalam memahami kebenarannya dengan penalarannya”.


Jadi Intelektual menurut saya sendiri orang yang mengetahui sesuatu hal, buruk maupun baik, dan menyadari apa yang sesungguhnya terjadi, dan mempunyai kemampuan lebih dibidang keilmuan dan mampu berbicara dengan lantang tentang apa yang terjadi dan diketahui karna intelektual sendiri pihak yang tidak langsung terkena dampak tentang sesuatu hal yang terjadi atau atas kesadarannyaa atau didak terkena dampak langsung. Maka saya berpendapat bahwa Mahasiswa tergolong kaum intelektual dan mahasiswa harus menyadari bahwa mereka mempunyai peran sebagai kaum intelektual baik guna perubahan bangsa maupun lingkungan sosial.

Pada pasca Reformasi di Indonesia terutama era kekinian banyak sekali Mahasiswa yang tidak mengetahui siapa mereka sesungguhnya dan apa peran mereka sebagai kaum intelektual. Dari banyak Mahasiswa yang saya temukan dan saya berinteraksi dengan mereka bahwa sebagian besar mereka memang tidak memahami peran mereka sebagai kaum intelektual, mereka hanya menjadikan Mahasiswa sebagai identitas semata, dan sebagian besar mereka tidak pernah mengiplementasikan (menerapkan/melaksanakan) peren mereka di lingkungan sosial. Hampir semua yang terjadi Mahasiswa saat ini sudah tidak lagi memperdulikan lingkungan sosial, mereka hanya melakukan kegiatan akademis semata yang juga terus di tekan pihak birokrasi kampus dan mengejar kelulusan secepat mungkin karna beban tanggung jawab kepada orang tua dan keinginan cepat mendapatkan pekerjaan, dan bahkan mereka terjebak dengan kehidupan yang monoton yaitu kuliah,pulang rumah/kost, dan bersenang-senang yang tanpa mereka sadari mereka telah mengalenasi kehidupan mereka sendiri yang membuat mereka menjadi apatis (tidak peduli lingkungan),hedonis (hura-hura),individual (hanya memikirkan diri sendiri) dan dampak gelobalisasi saat ini merekapun telah ber-evolusi menjadi manusia yang konsumeris (membeli sesuatu yang sebenarnya belum mereka butuhkan).

Mahasiswa seharusnya menyadari peran atau fungsi mereka sebagai kaum intelektual, yaitu dengan mentranformasikan nilai-nilai kesadaran,keilmuan,keadilan yang mereka ketahui kepada lingkungan sosial masyarakat, karena sesungguhnya Mahasiswa mempunyai posisi atau ruang yang sangat bebas dalam melakukan sesuatu terutama bagi perubahan bangsa yang lebih baik, dan bila kita cermati bahwa Mahasiswa merupakan kelas kongjungtur atau penghubung antara penguasa dengan rakyat sehingga peran Mahasiswa sangat penting untuk mendorong perubahan bangsa.

Apa jadinya bangsa ini ketika kaum intelektual atau Mahasiswa tidak lagi perduli dan berkeinginan untuk merubah bangsa, ketika menyadari adanya penindasan,penghisapan dan ketidak adilan terus menerus yang dilakukan penguasa kepada rakyat atau masyarakat kecil yang tidak berdaya. Seperti yang dikatakan Edward W.Said. Peran Intelektual. “Dosa paling besar orang intelektual adalah apabila ia tahu apa yang seharusnya dikatakan tetapi ia menghindari”. Dan juga said merumuskan intelektual sebagai individu yang dikaruniai bakat untuk mempresentasikan dan mengartikulasikan pesan, pandangan,sikap atau filsafat kepada publik. Dan juga Noam Chomsky . The Responsibility of intellectuals.1966. berpendapat “ Intelektual berada dalam posisi mengungkap kebohongan-kebohongan pemerintah,menganalisa tindakan-tindakan sesuai penyebab, motif-motif serta maksud-maksud yang sering tersembunyi di sana”. Maka saya berpendapat hancurlah sebuah negara bila kaum intelektualnya tidak lagi memperdulikan dan menyuarakan yang sebenarnya kepada masyarakat yang seharusnya masyarakat ketahui mengapa mereka tertindas baik secara langsung maupun tidak langsung dari penguasa.

Membiarkan orang yang ingin tahu
tetap dalam ketidak tahuan adalah khianat.
(Pramoedya anantatoer. Anak semua bangsa. Hal 289)
Label: Mahasiswa | 1 komentar
1 komentar:

{ putra } at: 8 Agustus 2011 20:30 mengatakan...
tulisan yang sangat bagus,,,,oi.....
aku suka....hahahaha

Poskan Komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar